Dewasa
ini banyak anak-anak yang mengikuti pendidikan di Taman Kanak-Kanak. Pada
hari-hari pertama masuk sekolah anak-anak selalu menanyakan pada diri sendiri
apa yang dapat diperbuat di sekolah, pelajaran apa yang diinginkan dan
sebagainya. Demikian juga bagi guru, apa yang dapat diajarkan kepada anak-anak
di bawah usia 6 tahun tersebut. Namun setelah usianya lebih dari 6 tahun
anak-anak dapat mengernbangkan diri sebab kemampuannya meningkat, mereka dapat
berpikir secara konseptual, memecahkan masalah, mengingat, dan mempergunakan
bahasa dengan baik.
A. PERKEMBANGAN INTELEKTUAL
Beberapa aspek.perkembangan intelektua! pada usia kanak-kanak
1. Perkembangan Kognitif: Tahap Operasi Konkret Piaget
Menurut Piaget, kadang-kadang anak usia antara 5.- 7 tahun memasuki tahap
operasi konkret (concrete operations), yaitu pada waktu anak dapat berpikir
secara logis mengenai segala sesuatu. Pada umumnya mereka pada tahap ini berusia
sampai kira-kira 11 tahun.
2.Berpikir Opernsionnl
Menurut Piaget pada tahap ketiga, anak-anak mampn berpikir operasional: mereka
dapat mempergunakan berbagai simbol, melakukan berbagai bentuk operasional,
yaitu kemampuan aktivitas mental sebagai kebalikan dari aktivitas jasmani yang
merupakan dasar untuk mulai berpikir dalam aktivitasnya. Walaupun anak-anak
yang preoperasional dapat membuat pernyataan mental tentang oby’sk dan
kejadian-kejadian sekelipun tidak dapat dalam seketika, cara helajar mereka masih
terikat pada pengalaman fisik. Anak-anak yang ada pida tahap operasional
konkret lebih baik daripada anak-anak yang preoperasioial dalam mengadakan
klasifikasi, bekerja dengan angka-angka. mengetahui konsep-konsep waktu dan
ruang,
dan dapat membedakan antara kenyataan dengan hal-hal yang bersifat fantasi.
Karena pada dewasa ini anak-anak berkurang sifat egoisnya, dan anak-anak pada
tahapan operasi konkret lebih bersifat,kritis mereka lebih banyak dapat
mempertimbangkan suatu siruasi daripada hanya memfokuskan pada suatu aspek,
sebagairnana yang mereka lakukan pada preoperasiorial. Mereka sadar bahwa pada
umumnya berbagai operas! fisiK dapat diganti. Peningkatan kemapanan mereka
untuk mengeni terhadap orang lain dapat mendorong untuk berkomunikasi lebih efektif
dan dapat berpikir lebih fleksibel.
Akan tetapi anak-anak usia sekolah lebih dapat berpikir secara logik daripada
waktu mereka masih muda, cara berpikir mereka’masih terikat pada kenyataan atau
kejadian pada waktu sekarang, artinya terikat pada hal-hal yang sedang dihadapi
saja.
Menurut Piaget kordisi semacam ini berlaku jampai pada tahap berbagai operasi
formal, di mana biasanya sampai pada tahap remaja, anak-anak mampu berpikir
secara abstrak, tes hipotesis, dan mengerti tentang kemungkinan (probabilitas).
3. Konservasi
Konservasi adalah salah satu kemampuan yang penting yang dapat mengembangkan
berbagai operasi pada tahap konkret. Dengan kata lain konservasi adalah
kemampuan untuk mengenal atau mengetahui bahwa dua bilangan yang sama akan
tetap sama dalam substansi berat atau volume selama tidak ditambah atau
dikurangi.
Dalam suatu tugas konservasi tertentu, Stay menunjukkan dua bola dari tana’i
Mat. Dia setuju bahwa bola tersebut mem.ang sama. Dia mengatakan bahwa
substansi konservasi tersebut sekalipun bola yang satu digelindingkan,
keadaannya tetap tidak berubah, artinya jumlah bola tersebut tetap sama. Dalam
konservasi berat, dia juga mengetahui bahwa berat bola tersebut tetap sama
sekalipun dipanaskan, demikian pula apabila bola tersebut dimasukkan ke dalam
air, beratnya akan tetap sama.
Anak-anak mengembangkan perbedaan berbagai tipe (bentuk) konservasi dalam waktu
yang berbeda. Pada usia 6 atau 7 tahun mereka dapat mengkonservasi substansi
pada usia 9 atau 10 rr.ampu mengkonservasi berat; dan pada usia 11 atau 12
mengkonservasi volume. Pada dasarnya ketiga jenis konservasi tersebut adalah
identik, akan tetapi anak-anak belum mampu mentransfer apa yang mereka telah
pelajari yaitu mengkonservasi satu tipe (bentuk) kepada bentuk lain yang berbeda.
Dalam luibungan ini kita dapat meliha; bahwa berbagai alasan anak-anak tersebut
tetap sarna dalam tahap konkret. Sebab kondisi tersebut masih tetap terikat
pada situasi tertentu sehingga anak tidak dapat mengaplikasikan operasi dasar
mental yang sama pada situasi yang berlainan.
4. Bagaimana konservasi dikembangkan
Pada umumnya anak-anak bergerr.k dengan melalui tiga tahapan dalam menguasai
konservasi sebagaimana dikenukakan di atas.
Pada tahap pertama, anak-anak preoperasional gagal mengkonservasi. Mereka
memusatkan perhatian pada sntu aspek dalam sit’iasi tertentu. Mereka belum
mengerti bahwa tempat prnyimpanan bola dapat diisi dengan bola lebih dari satu.
Sebab anak-anak pr?operasional tidak mengerti tentnng konsep perubalian, mereka
tidak mengetahui dan tidak mengerti bahwa • mereka dapat merubah sesuatu,
misalnya dengan menggerakkan suatu benda (bola) tanpa inerubah bentuknya.
Pada tahap kedua, merupakan trausisional. Anak-anak kembali pada kondisi bahwa
kadang-kadang mengadakan konservasi namun kadang-kadang tidak melakukannya.
Mereka lebih banyak memperhatikan berbagai ha! dan tidak terpaku pada satu
aspek saja dalam situasi tertentu, seperti berat, lebar. panjang, dan tebal
akan tetapi mereka gagal mengetahui sebagaimana berbagai dimensi tersebut berhubungan
satu sarna lain. Pada tahap ketiga, yaitu tahap terakhir, anak-anak dapat
mengkonservasi dan dapat memberikan alasan secara logis atas jawaban yang
mereka berikan. Alasan-alasan tersebut mengacu pada perubahan, identitas, atau
kompensasi. Jadi anak-annk pada opernsional konkret menunjukkan snatii kualitas
konitif lebih lanjut daripada anak-annk preoperasional. Mereka dapat berpikir
lebih luas dan peduli pada berbagai transformasi yang hanya merupakan persepsi.
Piaget menekankan bahwa perkembangan kemampuan anak-anak untuk mengkonservasi
akan lebih baik apabila secara nalar telah cukup matang. Piaget berpendapat
bahwa konservasi hanya sedikit sekali dapat dipengaruhi oleh pengalaman.
Sekalipun demikian terdapat faktor-faktor lain dari kematangan yang dapat
mempengaruhi konservasi. Anak-anak yang belajar konservasi sejak dini akan
mampu mencapai tingkat yang lebih dalam hal: IQ, kemampuan verbal dan tidak
didominasi oleh ibunya (Almy, Chitenden & Miller,1966; Goldsmid &
Bentler, 1968).
B.
PERKEMBANGAN EMOSI
1. Gangguan Emosional pada Kanak-kanak
Terdapat beberapa gangguan emosional pada masa kanak-kanak sehingga terkesan
dan sebagai penyebab ketakutan kanak-kanak untuk melakukan kegiatan. Antara
Iain pada suasana yang gelap sehingga takut melakukan sesuatu pada malam hari
di luar rumah; takut berhadapan dengan ‘seorang dokter karena pernah mendapat
pengobatan yang berlebihan dosisnya (overdosis); karena tempramen orang dewa^a
di rumahnya, misalnya sering dimarahi sehingga anak takut berhadapan dengan orang
dewasa, baik dengan orang tuanya sendiri maupun orang lain.
Anak-anak yang sering mengalami gangguan semacam itu selalu merupakan masalah
bagi para psikiater, kurang lebih 20-25% yang menderita gangguan tersebut. Dan
hanya sekitar 1 di antara 5 orang anak yang mendapatkan perawatan dengan oaik.
Gangguan semacam ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut hasil
penelitian Pittsburgh diperoleh it.formasi bahwa 22% dari 789 anak usia antara
7-11 tahun sering mendapat perawatan dari seorang psikiater yang menyimpulkan
masalah pada tahun-tahun pertama (Costello el al, 1988).Dari hasil penelitian
lain diperoleh informasi bahwa terdapat 5 – 15% anak yang mengalami gangguan,
namun prosentase yang rendah ini mewakili 3-9 juta anak (Knit7.cr,1984; US
Department of Health and Human Sendees, USDHHS, 1980).
Anak laki-laki di Afrika d?n Amerika, dan anak-anak dari keluarga yang tidak
mampu, mengalami risiko yang ‘inggi, karena tekanan hidup dan stres selama
hidupnya, akibatnya mereka sering kali mengulang kelas di sekolahhya. Hal ini
juga dapat disebabkan karena orang tuanya sering kali bermasalah dengan
psikiater (Costello, et. al., 1988). Beberapa masalah kelihatannya berkaitan
dengan fase tertentu dalam kehidupan anak dan ‘dibiarkan hilahg dengan
sendirinya. namun bagi yang lain memerlukan perawatan yang baik untuk meneegah
timbulnya berbagai masalah waktu-waktu yang akan datang.
2. Beberapa Tipe masalah emosional
Kebrutalan atau kebringasan anak nampak pada perilakunya; mereka menunjukkan
suatu perbuatan yang sering kali memerlukan bantuan orang lain. Misalrya
berkelahi, membohong, mencuri, merusak hak milik dan merusak aturan yang
berlaku. Bentuk-bentuk tindakan tersebut merupakan ekspresi yang keluar dari
emosional yang terganggu. Sekalinun demikian pada umumnya anak-anak berusaha
merubahnya dan menutupi periiaku mereka dengan mengemukakan alasan untuk dapat
dipercayai oleh orang lain, menutupi kebohongannya dengan maksud menghindari
hjkuman karena perbuatannya. Akan tetapi ketika anak telah berusia lebih dari 6
atau 7. tahun sekalipun mereka tetap membuat cerita yang bohong, mereka merasa
sadar dan tidak aman perasaannya. Oleh karena itu dia membuat ceritfra yang
muluk-muluk agar orang lain percaya kepadanya; dapat pula mereka lakukan
berbuat bohong tersebut karena untuk menyenangkan orang tuanya. (Chapman,
1974).
Sering kali juga terjadi pencurian kecil-kecilan yang dilakukan oleh anak-anak.
Namun hal semacam ini tidak selamanya merupakan perbuatan yang salah. Kecuali
apabila perbuatan semacam itu dilakukan secara terus-menerus terhadap orang
ruanya atau bahkan dilakukan secara terbuka terhadap orang lain; mereka dapat
ditangkap, namun untuk kesekian kalinya mereka berusaha ingkar dan berusaha
menyenangkan atau mengelabui orang tuanya. Seiiap periiaku anti sosial yang
kronis harus dianggap sebagai suatu tanda adanya emosional yang terganggu.
3. Gangguan kecemasan
Berbagai gangguan kecemasan dimulai pada masa . kanak-kanak. Gangguan keinginan
tersebut dapat berupa gangguan keinginan terpisah dan ketakutan (phobia) sekolah.
Gangguan keinginan terpisah dari orang yang terdekat disebabkan berbagai hal
yang berbeda-beda dan dnpnt berakibat anak mengalami sakit kepala. sakit perut
dan sebagainya. Akan tetapi kondisi semacam ini sangat berbeda di antara
anak-anak yang berusia satu atau dua tahun yang mengalami gangguan keinginan
terpisah.
Anak-anak yang menderita gangguan keinginan semacam ini sering kali tidak mau
berteman; dengan kata lain dia suka menyendiri dan selalu peduli terhadao
penyakitnya, misalnya sakit kepala, sakit perut. Kondisi semacam ini dapat
mempengaruhi anak laki-laki maupun perempuan semenjak kanak-kanak bahkan sampai
dewasa usia mahasiswa.
4. Takut Sekolah
Suatu ketakutan yang tidak realistik adalah apabila seorang anak tidak mau
sekolah, mungkin kondisi semacam ini juga merupakan keinginan terpisah.
Ketakutan terhadap guru yang keras fga’ak) atau mendapat tuga< yang berat di
sekoiah. Ketakutan anak tersebut adalah wajar, hal in bukannya dLebabkan oleh
anak i.Velainkan lingkungan yang tidak kondusif. oleh karena itu suasana
seko!ah perlu dirubah. Berkaitan dengan masalar tersebut, apa yang dapat kiti
hkukan? Pertama, dijaga jangan sampai anak tersebut suka membolos/meninggalkan
kelas. Orang tua mereka tahu bahwa anak-anaknya tidak hadir di sekolah. Namun
anak-anak tersebut dapat memperoleh nilai rata-rata,bahkan lebih tinggi
daripada temanriya, memiliki intelegensi melebihi rata-rata dan merupakan anak
yang baik. Usianya antara 5 sampai 15 tahun dan dapat terjadi baik pada anak
laki-laki maupun perempuan. Sekalipun mereka datang dari beibagai keluarga
dengan latai belakang yang berbeda, namun orang tuanya cenderung profesional.
Orang tua mereka justru lebih menyukai/mencintai mereka dan bukannya suka
menekan anak-anaknya; gangguan keinginan tersebut disebabkan oleh periiaku anak
itu sendiri. Unsur yang paling penting dalam memperlakukan anak yang takut
(phobia”) pada sekolah dapat dimulai sejak dini dan dilakukan secara terus
menerus. Apabila perlakuan semacam ini dilakukan secara teratur dan dibimbing dengan
baik, maka pada saat kembali ke sekolah anak tersebut tidak akari mengalami
kesukaran apapun. Berbagai penelitian yang dilakukan beberapa waktu belakangan
ini hasilnya kurang jelas. sekalipun dapat menentukan bahwa perlakuan yang baik
dapat menolong anak menyesuaikan diri pada lingkungannya (D.Gordon & Young,
1976).
5. Kematangan Sekolah
Kematangan sekolah merupakan suatu kondisi di mana anak telah memiliki kesiapan
cukup memadai, baik dilihat dari fisiknya maupun mental, untuk dapat memenuhi
tuntutan pendidikan formal. Dalam hubungan tuntutan yang bertalian dengan aspek
penguasaan materi atau bahan pelajaran, dan kemampuan membina interaksi antara
teman-teman sebaya, baik teman satu kelas maupun teman dari kelas lain,
berinteraksi dengan guru, kepala sekolah, dan personil sekolah lainnya. Secara
umum, usia anak yang dianggap matang sekolah adalah lima atau enarn tahun. Pada
rentang usia ini, anak telah mencapai perkembangan fisik sebagai dasar yang
dibutuhkan untuk dapat melaksanakan segala sesuatu di sekolah, antara lain,
anak telah mampu mengurus dirinya sendiri, menguasai penggunaan alat tulis
dengan betul, dan dapat menerima makanan padat. Di samping itu perkembangan
kognitif yang memadai juga sangat dibutuhkan, misalnya anak mulai dapat membaca
dan menuiis. Kemampuan membaca dan menulis sangat penting karena merupakan
dasar untuk memahami seluruh materi atau bahan pelajaran yang diberikan di
sekolah.
Secara psikis, pada usia ini umumnya anak telah mampu mengatur proses buang air
kecil mulai bersosialisasi dalam pengertian telah dapat membedakan teman
laki-laki atau perempuan serta berusaha membedakan antara salah dan benar.
Kemampuan dasar lainnya ialah tehwa anak telah mampu mengembangkan hubungan
emosional yang sehat dengan orang tua, teman sebaya, dan orang lain. Pada saat
mulai masuk sekolah anak tidak memiliki rasa kecemasan karena terpisah dengan
orang tuanya. Selain menerima kasih sayang anak juga telah mampu memberikan
kasih sayang kepada teman sebayanya maupun kepada orang lain. Mai semacam ini
juga dapat mendukung kemampuan anak pada saat belajar di sekolah.
6. Depresi pada masa Kanak-Kanak
Anak-anak yang mulai sadar akan popularitas sering kali mengatakan, “tidak ada
orang seperti saya”. Namun ketika ucapan tersebut ditujukan kepada Kepala Sekolah
oleh seorang anak berusia 8 tahun yang kebetulan teman kelasnya telah menuduh
dia mencuri dompet gurunya, hal semacam ini merupakan tanda bahaya bagi
sekolah. Akibatnya anak tersebut tidak suka dan tidak mau datang lagi ke
sekolab ‘rarena malu. Untunglah bahwa anak yang tertekan tersebut jarang yang
berkepanjangan, walaupun angka bunuh diri pada anak-anak muda meningkat.
Gejala-gejala dasar yang mempengaruhi gangguan tersebut adal.iii serupa pada
masa kanak-knnnk hingga dewasa. llanya pada usia tertentu yang terdapat
seilikit perlx-daan, Keakraban hanya merupakan salah satu tanda dari masa
kanak-kanak yang mengalami depresi. Gangguan tersebut juga dapat mengakibatkan
anak tidak suka bersenang-senang tidak dapat berkonsentrasi dan menunjukkan
berbagai reaksi emosional yang normal: Anak-anak yang mengalami oepresi sedikit
sekali suka berjalan atau berteriak. Gejala-gejala depresi antara lain:
gangguan konsentrasi, tidur kurang, selera makan kurang, mulai berbuat
kejelekan di sekolah tidak merasa bahagia, selalu mengeluh karena penyakit
jasmani yang dideritanya, selalu merasa bersalah. Takut sekolah atau sering
kali memikirkan bunuh diri (Malmquist, 1988, Poznanski, 1982). Setiap empat
atau lima dari gejala-gejala tersebut banyak mendukung suatu diagnosa ada
depresi terutama apabila anak menunjukkan perilaku lain tidak seperti anak-anak
normal. Pada umumnya orang tua tidak memahami adanya berbagai masalah kecil
seperti gangguan waktu tidur, kehilangan nafsu makan, dan sebagainya, namun
sering kali anak sendiri dapat menunjukkan adanya gangguan tersebut.
Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui penyebab timbulnya depresi semacam
ini secara tepat. Para orang tua yang memiliki anak yang menderita depresi
merasa seakan-akan dia sendiri yang sedang mengalami depresi. Ada yang
berpendapat bahwa hal ini merupakan faktor keturunan, ada yang mengatakan bahwa
depresi tersebut dikar;nakan adanya stres umum dalam keluarga, atau dikarenakan
kurang perhatian orang tua karena mereka juga sedang mengalami gangguan (Weisseman
et al, 1987). Anak usia sekolah yang sedang menderita depresi biasanya kurang
bergaul dan tidak memiliki kompetisi akademik, namun hal tersebut masih belum
jelas penyebabnya apakah kurangnya kompetisi tersebut dikarenakan adanya
depresi atau sebaliknya, yaitu depresi akibat tidak kompetennya anak (Blechman,
McEnroe, Carella & A’iderte, 1986).
7. Perawatan problema emosional
Pilihan untuk perawatan secara khusus untuk gangguan tertentu sangat tergantung
pada berbagai faktor, misalnya problema yang bersifat alamiah, kepribadian
anak. kesediaan orang tua untuk berpartisipasi, kemudahan diperolernya
perawatan dalam masyarakat sosial ekonomi orang tua dan orientasi profesional
pada pertama kali berkonsultasi.
Beberapa jenis Terapi
Perawatan secara psikologis dapat dilakukan dengan beberapa cara: pertama tempi
secara individual, yaitu dengan melihat anak satu persatu, membantu agar anak
dapat mengenal dirinya atau kepribadiannya dan hubungannya dengan orang lain,
dan mengintepretasikan perasaan dan perilaku anak. Cara demikiau dapat menolong
anak pada suatu waktu yang sedang mengalami stres.berat daiam hidupnya, seperti
baru saja ditinggalkan orang tuanya untuk selama-larmnya. Sekalipun
kadang-kadang anak tidak memperlihatkan bahwa dia seding mengalami gangguan. Para
ahli terapi dapat menerima berbagai perasaan yang dikemukakan anak, dan anak
memang be’rhak untuk menyatnkan perasaan tersebut. Psikoterapi anak biasanya
akan lebih efektif apabila dikombinasikan dengan memberikan konsultasi pada
orang tuanya.
1. Terapi jangka pendek dan jangka panjnng
Terapi merupakan penetapan sistematik dari sekumpulan prinsip belajar terhadap
suatu kondisi atau perilaku yang dianggap menyimpang, dengan tujuan melakukan
perubahan. Perubahan yang dimaksud dapat berarti menghilangkan, mengurangi,
meningkatkan atau memodifikasi suatu Kondisi a^au perilaku tertenlu. Misalnya
anak yang menderita fobLi dilatih agar mengurangi rasa takutnya hingga mencapai
kadar yang wajar. Secara umum, terdapat dua jenis terapi utama, yaitu pertrma,
terapi yang diiakukan dalam jangka pendek, biasanya berkaitan denpin mnsnlah
ringan, yang dapat diselesaikan dengan metode memberikan dorongan
(encouragement), dukungan, memberi ide-ide bagtis, menghibtir atau membujuk
anak agar mau berbuat sesuatu. Kedua, dilakukan dalam jangka waktu panjang,
yaitu bertalian dengan berbagai masalah yang memerlukan keteraturnn dan
kontinuitas demi terciptanya perubahan perilaku anak. Sebagai contoh dapat
dikemukakan antara lain terapi bermain dan terapi keluarga.
a. Terapi bermain
Terapi ini berusaha mengubah perilaku anak yang bermasalah, dengan menempatkan
anak dalam situasi bermain. Untuk pelaksanaannya biasanya disediakan ruangan
khusus yang telah diatur sedemikian rupa sehinggi anak bisa bersantai, dan
dapat mengekspresikan segala perasaan dengan bebas. Dengan metode ini dapat
diketahui permasalahan yang sedang dihadapi oleh seorang anak, selanjutnya
diusahakan suatu metode yang tepat bagnimaria mengatasi atau memecahkan masalah
tersebut.
b. Terapi keluarga
Terapi ini berusaha mengubah perilaku anak yang memiliki permasalahan dalam
lingkungan keluarga saling akrab satu sama lain saling cinta mencintai saling
mendukung atau menggambarkan bantuan dengan penuh pengertian. Oleh karena itu
untuk melaksanakan terapi ini perlu kehadiran seluruh keluarga, atau minimal
anggota keluarga yang paling dekat dengan anak tersebut. Dalam ha! ini usaha
pembinaan dan bimbingan dari keluarga yang lebih tua sangat dibutuhkan.
c. Terapi perilaku atau modifikasi perilaku
Metode ini diterapkan dengan inempergunakan teori belajar untuk mengubah
perilaku anak Yaitu dengan menghilangkan perilaku yang tidak disenargi seperti
pemarah, atau mengembangkan keinginan, misalnya mengerjakan pekerjaan rumah
(PR). Para ahli terapi perilaku tidak mencari alasan yarg berkaitan dengan
perilaku tersebut atau tidak mencoba menawarkan tilikan anak padi dirinya
sendiri secara khusus dalam situasi tertentu, akan tetapi tujuan mereka adalah
mengubah perilaku anak. Ahli tersebut mempergunakan peran yang dikondisikan
untuk mendorong agar anak melakukan sesuatu, misalnya menaruh pakaian kotor ke
dalam ember. Demikian anak melakukannya berkali-kali apabila hasilnya bak dia
mendapat rework (hadiah), misalnya dengan memberikan pujian atau hadiah berupa
mainan.
3. Efektivitas terapi
Pada umumnya terapi psikologik sangat fnembantu (RJ Casey & Berman, 1983).
Pada tinjauan (review) 75 hasil studi, diperoleh informasi bahwa anak-anak yang
memperoleh perawatan mendapat skor lebih baik daripada anak-anak yang tidak
memperoleh perawatan. Skor tersebut diperoleh dari beberapa pengukuran
(measures) yang mencakup konsep diri, penyesuaian, kepribadian, keterampilan
sosial kemampuan di sekolah, fungsi kognitif dan resolusi atas rasa takut dan
keinginan.
Perawatan untuk berbagai masalah khusus, misalnya karena terlalu aktif akan
lebih banyak daripada terapi yang tujuannya untuk penyesuaian sosial yang lebih
baik. Tidak seorang pun yang dapat memberikan terapi secara keseluruhan,
misalnya bag! seorang nnak atau kelompok atau perawatan bagi anak dan orang
tuanya sekaligus; sebaiknya suatu perawatan untuk masalah tertentu saja (Tuma,
1989). Terapi perilaku khusus diterapkan secara efektif •untuk rasa ketakutan
(phobi) dan berbagai masalah umum dengan kontrol diri.
Obat-obatan dapat menolong perawatan bagi anak yang menderita gangguan, namun
jangan mengabaikan psikoterapi. Biasanya penggunaan obat-obatan dikombinasikan
dengan perawatan Iain agar dapat lebih efektif. Akan tetapi penggunaan pil
untuk mengubah perilaku anak merupakar langkah yang sangat radikal. Dalam
beberapa kasus obat-obatan dapat menghilangkan gejala perilaku, namun tidak
dapat menghilangkan penyebab peny^kitnya. aktivitas oleh raga, dan memenuhi
berbagai kebutuhan emosional orang tuanya. Dari tayangan TV dan berbagai
masalah kehidupan orang dewasa, anak-anak dihadapkan pada berbagai nersoalan
yang seharusnya dialami oleh orang dewasa, sehingga harus dapat menguasai
masalah tersebut sejak masa kanak-kanak. Sebenarnya anak-anak ukannya orang
dewasa kecil. Mereka merasa dan berpikir sebagaimana urrumnya anak seusia
mereka, pada masa tersebut mereki memerlukan perktmbangan yang sehat bagi
anak-anak srbagaimana seharusnya.
Mengatasi
Stres: Anak yang elastis
Berbagai reaksi anak terhadap gangguan stres sangat tergantung pada beberapa
faktor sebagaimana faktor itu sendiri. Terdapat perbedaan aritara anak
prasekolah dengan anak remaja. Demikian pula perbedaan jonin kelamin (sex) akan
memberikan reaksi yang berlainan. Anak laki-laki biasanya lebih kritis daripada
anak perempuan (Rutter, 1984). Sekalipun demikian untuk anak yang jenis kelamin
dan usianya sama jika menghadap: stres mereka akan berlainan reaksinya.
Mengapa? Hal tersebut mungkin terdapat faktor- faktor tertentu yang lebih
dominan terhadap kehidupan anak tersebut.
Diana E. Papilia, Sally Wendkos Olds, dalam Human Development menyatakan bahwa:
Selama beberapa tahun belakangan ini, orang t’.ia pada umumnya sangat menaruh
perhatian kepada • berbagai hal. Yang membahayakan dan dihadapi oleh anak-anak,
sehingga menaruh perhatian pula terhadap kekhawatiran anak berkaitan dengan
pertumbuhan kepribadian atau adanya berbagai pengaruh yang tidak baik terhadap
pertumbuhan jiwa anak, misalnya: rasa kesepian, AIDS, obat bins atau obat
terlarang, adanya perilaku kriminal di lunr, atau siiasana peperangan yang
menyebabkan anak selalu merasa ketakutan. Bahaya-bahaya tersebut menimbulkan
kecemasah bagi anak-anak; sekalipun demikian anak-anak lebih merasa takut
terhadap kehidupan para remaja setiap harinya. Menurut hasil penelitian di enam
negara: Australia. Canada, Mesir, Jepang, Philipina dan Amerika Serikat
anak-anak di seluruh dunia sering kali merasa takut terhadap benda-benda yang
memang mereka takuti, artinya tidak hanya paaa anak-anak atau remaja saja
(Yamamoto, Soliman, Parsons & Davias, 1987).
Ketika pada anak-anak kelas tiga sampai kelas sembilan disuruh menyusun 20
kejadian yang menyebabkan dia takut anak-anak dari setiap negara tersebut
memberiknn alasan yang sama, yaitu mereka paling takut apabila ditinggalkan
orang tuanya. Walaupun demikian. anak-anak juga merasa takut apabila berbuat
kesalahan atau melakukan sesuatu yang tidak baik, nrsalnya dikirim kepada
Kepala Sekolah. Anak-anak kurang memperhatikan pada kelahiran keluarga baru
(adik) karena terlalu sibuk aktivitas di luar rumah hanya sebagian kecil saja
yang menaruh perhatian pada hadirnya keluarga baru. Anak laki-laki maupun
perempuan mengemukakan alasan yang sama, demikian pula bagi yang usianya
berbeda.
Pada umumnya anak-anak tumbuh dan dapat menikmati kehidupan di sekolah dengan
baik namun pada siaiasi tertentu mereka merasa tidak senang dan tidak aman, hal
ini disebabkan oleh anak anak lain (teman di sekolah) yang kadang berbuat nakal
atau tidak menyenangkan hati anak tersebut sehingga menimbulkan rasa takut pada
anak. Orang dewasa mengurangi bahkan menghilangkan rasa takut tersebut dengan
memberikan motivasi mendiskusikun masalah yang ditakutkan oleh anak-anak
sekalipun rasa takut tidak dapat dihilangkan seluruhnya, namun tindakan orang
tua tersebut dapat menimbulknn rasa berani dan harga diri pada anak, sehingga
tidak selalu diliputi rasa takut, namun keadaan demikian termasuk normal, untuk
mencegahnya dengan membantu anak-anak dapat tumbuh, mencapai identitasnya dan
dapat menguarai dunianya.
perkembangan intelektual dan emosional anak
Label:
perkembangan peserta didik
Diposting oleh
siesca ariella fazilha
Sabtu, 10 Maret 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Blog Subscription
Search this blog
Blogger templates
Popular Posts
-
Reaksi kimia merupakan peristiwa perubahan kimia dari zat – zat yang bereaksi ( reaktan ) menjadi zat – zat hasil reaksi ( produk ). Pad...
-
A. Pengertian Unsur golongan III A yaitu Boron, Aluminium, Galium, Indium dan Talium. Yang mana unsur yang segolongan mempunyai ...
-
sejarah litium barasal dari bahasa yunani lithos yang artinya batu di temukan pada tahun 1800-1817 litium sebagai pencerminan p...
-
golongan IA ( alkali ) -H -Li -Na -K -Rb -Cs -Fr jembatan kedelai : -hhiiiiii seremmmmm,lina koq raib ! calon suaminya fru...
-
REAKSI ASAM BASA Senyawa asam basa banyak dijumpai dalam kehidupan sehari – sehari. Secara umum zat – zat yang barasa masam mengandung a...
-
Dewasa ini banyak anak-anak yang mengikuti pendidikan di Taman Kanak-Kanak. Pada hari-hari pertama masuk sekolah anak-anak selalu menany...
-
A. Pengertian Nitrogen ( latin nitrum, bahasa yunani berarti soda asli, gen, pembentukan ) secara resmi ditemukan oleh Daniel ...
-
isomer merupakan molekul-molekul dengan rumus kima yang sama (dan sering dengan jenis ikatan yang sama), namun memiliki susunan ato...
-
Air merupakan suatu zat cair yang istimewa untuk kehidupan, menutupi dua pertiga dari permukaan bumi. Tubuh kita terbentuk dari cairan i...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organime multiseluler memerlukan mekanisme untuk komunikasi antar sel agar...
Labels
- artikel kimia (8)
- biokimia (1)
- kimia dasar (4)
- kimia lingkungan (2)
- perkembangan peserta didik (2)
Diberdayakan oleh Blogger.
Categories
- artikel kimia (8)
- biokimia (1)
- kimia dasar (4)
- kimia lingkungan (2)
- perkembangan peserta didik (2)
Bagus, sdkit bnyak sdh mnambah wawasan..Aq hrap ni bsa di aplikasikan di dunia nyata dlam mngatasi mslah yg brkaitan dg intelektul n emosional penerus bangsa...
Aq hrap km bsa mnjiwai stiap tulisan yg km posting.. he he he